Evolusi
(dalam kajian biologi ) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organism dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Evolusi
: merupakan proses perubahan makhluk hidup secara lambat dalam waktu
yang sangat lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies baru yang
lebih lengkap struktur tubuhnya.
Menurut
teori evolusi, makhluk hidup yang sekarang berbeda dengan makhluk hidup
jaman dahulu. Nenek moyang makhluk hidup sekarang yang bentuk dan
strukturnya (mungkin) berbeda mengalami perubahan-perubahan baik
struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat lama, sehingga bentuknya
jauh menyimpang dari struktur aslinya dan akhirnya menghasilkan
berbagai macam spesies yang ada sekarang. Jadi tumbuhan dan hewan yang
ada sekarang bukanlah makhluk hidup yang pertamakali berada di bumi,
tetapi berasal dari makhluk hidup di masa lampau.
Perubahan-perubahan
ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi,
dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen
yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi
bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat
diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara
seksual kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi
genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum
atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi
didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat
terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi – dan sebaliknya,
sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena
individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar
bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya
yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa
generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang
terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift)
merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh
probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu
bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun
perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang
substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan
menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua
spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui
proses divergen yang terjadi secara perlahan ini
Dokumentasi
fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang
dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji
teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan
keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para
ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke
waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah
jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species
yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam Karya
Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam
komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin
digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi
modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme
evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini
mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru,
di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang
memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman
hayati di bumi.
Meskipun
teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun
sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles.
Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan, pertama yang mencetuskan teori
evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah.
Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena
seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori
terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Ada dua macam evolusi,yaitu :
- Evolusi progressif merupakan proses evolusi yang menuju kemungkinan dapat bertahan hidup ( survive ) sehingga menghasilkan spesies baru.
- Evolusi regressif merupakan evolusi menuju kemungkinan mengalami kepunahan.
Makhluk
hidup selalu mengalami perubahan secara berlahan-lahan dalam jangka
waktu yang lama, perubahan tersebut dapat menyimpang dari struktur
aslinya sehingga muncul jenis atau species baru. Dengan demikian
tumbuhan dan hewan yang ada sekarang berasal adri makhluk hidup masa
lampau.
Beberapa ilmuwan yang menyampaikan pandangan-pandangannya tentang evolusi :
- Jean Baptiste Lamarck
Mengemukakan bahwa ;
a.
Alat – alat tubuh yang sering digunakan akan tumbuh membesar,
sebaliknya organ tubuh yang tidak pernah digunakan akan menyusut bahkan
hilang.
b.
Hukum peneurunan sifat-sifat yang baru yang diperoleh artinya bahwa
sifat-sifat baru karena sering digunakan atau tidak digunakannya
bagian-bagian tubuh tersebut akan diturunkan kepada keturunannya.
Contoh
: J.B.Lamarck mengansumsikan bahwa kaki depan dan leher jerapah menjadi
panjang karena kebiasaan mencapai dedaunan di pohon yang tinggi dan
sifat baru ini diturunkan kepada genarasi berikutnya.
2. Charles Darwin
Seorang
naturalis berkebangsaan Inggris. Ia menyatakan bahwa evolusi
berlangsung karena adanya proses seleksi alam (natural selection). Yang
dimaksud seleksi alam adalah: proses pemilihan yang dilakukan oleh alam
terhadap variasi makhluk hidup di dalamnya. Hanya makhluk hidup yang
memiliki variasi sesuai dengan lingkungan yang bisa bertahan hidup,
sedang yang tidak sesuai akan punah. Organisme yang bisa hidup inilah
yang selanjutnya akan mewariskan sifat-sifat yang sesuai dengan
lingkungan pada generasi berikutnya.
Pendapat Darwin mengenai penjang leher jerapah
Sebagai
pembanding dengan teori Lamarck, panjang leher jerapah dapat dijelaskan
dengan teori Darwin sebagai berikut. Nenek moyang jerapah punya variasi
panjang leher, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang.
Karena terjadi bencana kekeringan, lingkunganpun berubah dan,
berlangsunglah proses seleksi alam. Jerapah berleher pendek tidak dapat
mencari makan dengan menjangkau daun-daun di pohon sehingga tidak bisa
bertahan hidup. Sebaliknya jerapah berleher panjang tetap dapat
memperoleh makanan dari daun-daun di pohon sehingga dapat bertahan
hidup. Karena mampu bertahan hidup maka jerapah tersebut mampu berbiak
dan mewariskan sifat adaptif yaitu leher panjang pada generasi berikut.
Itulah sebabnya semua jerapah sekarang berleher panjang.
Teori yang di kemukakan Darwin sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
- Ekspedisinya ke kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Di tempat ini Darwin menemukan berbagai macam bentuk paruh burung Finch. Terjadinya keanekaragaman ini disebabkan oleh perbedaan jenis makanannya.
- Pendapat Charles Lyell dalam bukunya “Principles of Geology” yang menyatakan bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin peristiwa ini kemungkinan dapat mempengaruhi makhluk hidup.
- Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya “An Essay on the Principle of Population” yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan.
Hal
ini menurut Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk
kelangsungan hidup tentang evolusi didasarkan pada pokok-pokok pikiran
sebagai berikut:
- Tidak ada dua individu yang sama.
- Setiap makhluk hidup punya kemampuan untuk berkembang biak.
- Untuk berkembang biak perlu makanan dan ruang yang cukup.
- Bertambahnya makhluk hidup tidak berjalan terus menerus.
Selain
dari hasil ekspedisi di benua Amerika Selatan, teori evolusi Darwin
didasarkan atas pengetahuannya ketika ia mempelajari buku “Principles of Geology” karya Charles Lyell (1830) dan buku “An Essay on The Principles of Population” karya Robert Malthus.
Berdasarkan
tiga hal tersebut akhirnya Darwin menulis bukunya “On the Origin of
Species by Means of Natural Selection” yang berisi dua hal pokok:
1). spesies yang ada sekarang ini berasal dari spesies yang hidup di masa lampau, dan
2). evolusi terjadi melalui proses seleksi alam
Contoh-contoh konsep yang mendukung teori Darwin
1. Percobaan August Weismann
Untuk
membuktikan apakah lingkungan menyebabkan perubahan sifat yang menurun
(teori Lamarck) Weismann melakukan percobaan dengan memotong ekor tikus,
lalu mereka dikawinkan. Ternyata anak tikus yang lahir tetap berekor
panjang. Lalu anak tikus tersebut dipotong lagi ekornya dan dikawinkan
lagi, ternyata keturunan selanjutnya tetap berekor panjang. Langkah itu
dilakukan sampai dengan 21 generasi dan keturunan yang lahir ternyata
tetap berekor panjang.
Dari
apa yang dilakukan, Weismann mengambil kesimpulan bahwa perubahan sel
tubuh karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada
keturunannya. Evolusi adalah proses yang menyangkut seleksi alam
terhadap factor genetika Individu
yang memiliki variasi genetik yang sesuai dengan lingkungan yang akan
lestari dan memiliki kesempatan mewariskan gen yang adaptif pada
generasi berikut.
Weismann
tidak menentang teori evolusi Darwin, namun justru menjelaskan teori
Darwin. Menurut Weismann, perubahan sel-sel tubuh akibat pengaruh
lingkungan tidak diwariskan pada keturunannya. Evolusi menyangkut
pewarisan gen-gen melalui sel-sel kelamin. Hal ini bermakna bahwa
evolusi berkaitan dengan gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor
genetik.
Weismann berpendapat bahwa sifat leher panjang dan leher pendek pada jerapah dikontrol oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan, sedangkan gen untuk leher pendek bersifat resesif. Oleh karena itu, jerapah berleher panjang merupakan keturunan yang bersifat homozigot dominan atau heterozigot. Sebaliknya, jerapah berleher pendek merupakan keturunan yang bersifat homozigot resesif. Jerapah berleher pendek yeng homizigot resesif tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga punah.
B. Pengertian Kesempatan dalam Proses Evolusi ( Teori Oportunisme )Weismann berpendapat bahwa sifat leher panjang dan leher pendek pada jerapah dikontrol oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan, sedangkan gen untuk leher pendek bersifat resesif. Oleh karena itu, jerapah berleher panjang merupakan keturunan yang bersifat homozigot dominan atau heterozigot. Sebaliknya, jerapah berleher pendek merupakan keturunan yang bersifat homozigot resesif. Jerapah berleher pendek yeng homizigot resesif tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga punah.
Untuk dapat memahami masalah evolusi, perlu dipahami pengertian-pengertian berikut :
- Pengertian Spesies
Populasi-populasi yang masih mungkin mengadakan pertukaran gen dikatakan termasuk dalam satu spesies.
Variasi atau perbedaan morfologi fisiologi ataupun kelakuan tidak menjadi alasan dipisahkannya dua populasi menjadi dua spesies yang berbeda. - lsolasi Reproduksi
Barier (hambatan) geografik dapat memungkinkan terjadinya pemisahan dua populasi (allopatric) keadaan ini memungkinkan terjadinya isolasi reproduksi meskipun kedua populasi tersebut berada dalam satu lingkungan kembali (sympatrik). - Macam-macam Isolasi Intrinsik
a. Mekanisme yang mencegah/menghalangi terjadinya perkawinan:
1) Isolasi ekogeografi
Dua
populasi yang terpisah oleh hambatan fisik, dapat menjadi berbecla
begitu khusus sesuai dengan lingkungannya. Apabila pada suatu saat kedua
populasi tersebut dikumpulkan menjadi satu, keduanya ticlak akan mampu
saling mengadakan perkawinan. Hal ini disebabkan karena keduanya tidak
dapat lagi menyesuaikan diri pada kondisi yang baru. Mereka telah
memperoleh perubahan genetik akibat dari keadaan sekelilingnya. Sebagai
contoh adalah tanaman Platanus occidentalis dan Platanus orientalis.
Keduanya dapat diserbukkan secara buatan dengan hasil keturunannya
tetap, fertil. Namun penyerbukan secara alam tidak pemah terjadi karena
masing-masing hanya dapat hidup di lingkungannya sendiri. Dalam hal ini
mereka tidak hanya terpisah secara geografi saja tetapi juga secara
genetik.
2) Isolasi habitat
Antara.
dua populasi simpatrik yang menghuni daerah yang berbeda lebih sering
terjadi perkawinan daripada antara sesama populasi setempat namun
berbecla sifat- sifat genetiknya. Dapat dikemukakan sebagai contoh
adalah katak Bufo fowleri dan Bufo americanus. Keduanya dapat kawin dan
menghasilkan keturunan yang fertil. Kalau pada suatu waktu tempat
tinggalnya bercampur ternyata bahwa Bufo fowleri akan lebih banyak
mengadakan perkawinan dengan sesamanya dibanding dengan Bufo americanus.
Hal ini disebabkan karena Bufo fowleri akan memilih tempat tinggalnya
untuk kawin di air yang tenang, sedangkan Bufo americanus di
kubangan-kubangan air hujan.
3) Isolasi iklim
musim
Pinus radiata dan Pinus muricata keduanya terclapat di beberapa tempat
di California dan tergolong simpatrik. Kedua jenis Pinus tersebut dapat
disilangkan tetapi perkawinan silang ini boleh dikatakan tidak pernah
terjadi di alam. Hal ini disebabkan karena perbedaan masa berbunga Pinus
radiata terjadi pada awal Februari sedang Pinus muricata pada bulan
April. Berikut ini adalah contoh empat jenis katak yang tergolong pada
genus Rana. Meskipun hidup di daerah yang sama tetapi tidak terjadi
persilangan, karena perbedaan masa aktif perkawinan.
4) Isolasi perilaku
Pada
berbagai jenis ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan
jantan berbeda. Sebagai contoh diambil 2 perbandingan sebagai berikut :
Yang satu : membuat sarang dengan 2 lubang untuk masuk dan keluar,
sarang digantungkan pada tumbuhan air. Yang lain : pada sarang hanya ada
satu lubang ialah tempat masuk saja, sarang dibuat pada dasar kolam.
5) Isolasi mekanik
Yang
dimaksud dengan isolasi mekanik adalah hal yang menyangkut struktur
yang berkaitan dengan peristiwa perkawinan itu sendiri. Misal bila hewan
jantan dari suatu spesies jauh lebih besar ukurannya daripada jenis
betina. Atau jika alat kelamin yang jantan mempunyai bentuk yang
sedemikian rupa sehingga tidak dapat cocok dengan alat kelamin yang
betina. Pada beberapa makhluk bentuk alat kelamin itu sedemikian rupa
hingga dalam hal ini berlaku apa yang disebut sistem “lock and key”
(kunci dan gembok), tetapi pada kebanyakan makhluk tidaklah demikian.
Pada hewan kaki sejuta yang termasuk genus Brochoria dijumpai bahwa
bentuk alat kelamin pada yang jantan berbeda-beda hingga sering
digunakan sebagai titik tolak untuk klasifikasi, tetapi pada yang betina
bentuknya serupa. Isolasi mekanik semacam ini pada tumbuhan ternyata
lebih berpengaruh dibanding dengan pada hewan, terutama yang berkaitan
dengan hewan penyebar serbuk sari. Seperti disinggung di muka tentang
adaptasi maka ada kekhususan bentuk bunga dalam hubungannya dengan hewan
penyebar serbuk sari.
b. Mekanisme yang mencegah terjadinya hibrida:
1). Isolasi gamet
Sebagaimana diketahui peristiwa penyerbukan tidak tentu mengakibatkan peristiwa fertilisasi. Pada percobaan menggunakan Drosophila virilis dan Drosophila americana, dengan inseminasi buatan maka sperma dari jenis jantan tidak dapat mencapai sel telur karena tidak dapat bergerak sebagai akibai adanya cairan penghambat dalarn saluran reproduksi. Pada spesies Drosophila lain mekanismenya berbeda; pada waktu sperma masuk dalam saluran reproduksi, saluran tersebut membengkak hingga sperma-sperma tersebut mati. Peristiwa isolasi garnet juga dijumpai pada tanaman tembakau dalam hal ini meskipun serbuk sari sudah diletakkan pada stigma tetapi tidak terjadi fertilisasi karena inti dari serbuk sari tersebut tidak dapat mencapai inti telur dalam ovula.
Sebagaimana diketahui peristiwa penyerbukan tidak tentu mengakibatkan peristiwa fertilisasi. Pada percobaan menggunakan Drosophila virilis dan Drosophila americana, dengan inseminasi buatan maka sperma dari jenis jantan tidak dapat mencapai sel telur karena tidak dapat bergerak sebagai akibai adanya cairan penghambat dalarn saluran reproduksi. Pada spesies Drosophila lain mekanismenya berbeda; pada waktu sperma masuk dalam saluran reproduksi, saluran tersebut membengkak hingga sperma-sperma tersebut mati. Peristiwa isolasi garnet juga dijumpai pada tanaman tembakau dalam hal ini meskipun serbuk sari sudah diletakkan pada stigma tetapi tidak terjadi fertilisasi karena inti dari serbuk sari tersebut tidak dapat mencapai inti telur dalam ovula.
2). Isolasi perkembangan
Pada Rana pipiens terjadi peristiwa fertilisasi Yang berhasil tetapi embrionya tidak dapat tumbuh dan segera mati.
Pada dunia ikan peristiwa semacam ini banyak terjadi; seringkali telur dari suatu spesies dibuahi oleb sperma dari spesies lain, tetapi segera terjadi seperti halnya pada Rana pipiens di atas.
Pada Rana pipiens terjadi peristiwa fertilisasi Yang berhasil tetapi embrionya tidak dapat tumbuh dan segera mati.
Pada dunia ikan peristiwa semacam ini banyak terjadi; seringkali telur dari suatu spesies dibuahi oleb sperma dari spesies lain, tetapi segera terjadi seperti halnya pada Rana pipiens di atas.
3). Ketidakmampuan hidup suatu hibrida
Berturut-turut
telah dibicarakan peristiwa perkawinan yang tidak dapat berlangsung
karena adanya hambatan geografi, perubahan genetik, adanya perbedaan
musim perkawinan, perbedaan kelakuan dan akhirnya karena hambatan
mekanik. Kalau hambatan ini kita anggap sebagai hambatan pada langkah
pertarna, maka hambatan selanjutnya terjadi pada langkah berikutnya.
Jadi dalam hal ini perkawinan dapat terjadi, tetapi pembentukan gametnya
terlambat. Berikumya adalah peristiwa yang langkah pertarna dan kedua
tidak mendapat halangan suatu apa, tetapi kemudian hambatan terjadi pada
langkah berikutnya. Perkawinan dapat berlangsung, pembentukan garnet
dapat terjadi, tetapi embrio yang terjadi tidak dapat tumbuh dan
berkembang. Pada langkah berikutnya adalah peristiwa di mana semua fase
tersebut di atas dapat dilalui dengan selamat tetapi ternyata kemudian
perkembangan dari hibrida adal lemah, cacat dan kebanyakan mati sebelurn
dapat mengadakan reproduksi. Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan
bahwa tiada pertukaran gen antara kedua induk. Dalarn praktek dijumpai
ini pada tanaman tembakau yang mati sebelum berbunga karena adanya tumor
pada bagian vegetatifnya
c. Mekanisme yang mencegah kelangsungan hibrida:
1). Kemandulan hibrida
Hasil
perkawinan antara kambing dan biri-biri, berupa keturunan yang steril
(mandul). Peristiwa lebih lanjut lagi dapat terjadi, bahwa hibrida yang
terbentuk dapat hidup dengan normal ternyata steril. Contoh lain kita
jumpai pada perkawinan silangan kuda dan keledai. Keturunannya selalu
steril karena sesungguh tidak terjadi pertukaran gen.
2). Eliminasi hibrida karena seleksi
Hibrida
fertil disertai keturunannya bila berada dalam suatu rah yang sama dan
dapat hidup dengan normal dapat dianggap seb satu spesies. Tetapi bila
hibrida dan keturunannya kurang mengadakan adaptasi, maka dalarn waktu
yang tidak lama semua akan musnah. Antara kedua induk dalam peristiwa
ini memmang benar terjadi pertukaran gen tetapi tidak banyak. Pada umur
perkawinan antara induk yang berasal dari satu spesies menghasilkan
keturunan yang lebih banyak dibanding dengan keturunan dari hibridanya.
Akibatnya untuk taraf berikutnya terjadi koreksi terhadap perkawinan
yang keliru tersebut, perkawinan dengan spesies lain. Akibat dari
koreksi tersebut terjadi seleksi hingga dengan demikian pada akhirnya
keturunan dari hibrida tersebut mengalami eliminasi (punah). Dalam
keadaan sesungguhnya mekanisme isolasi seperti tersebut beroperasi dua
atau tiga sekali jarang dijumpai hanya satu mekanisme isolasi saja yang
beroperasi.
C. Petunjuk Pendukung Terjadinya Evolusi
Evolusi
dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis evolusi itu telah
dipastikan secara menyeluruh dan lengkap sebagaimana yang telah
dipastikan oleh ilmu tentang suatu kenyataan mengenai masa lalu yang
tidak dapat disaksikan oleh mata. Hal ini berarti bahwa evolusi itu ada
dan merupakan suatu kenyataan yang telah terjadi. Berikut ini merupakan
bukti-bukti evolusi yang ada.
- Ditemukannya fosil di berbagai lapisan batuan bumi
Fosil
adalah sisa-sisa hewan atau tumbuhan dari zaman purba yang telah
membatu atau bisa dibilang juga jejak-jejak itu tersimpan dalam
bebatuan.
Jarang
sekali ditemukan fosil yang utuh secara keseluruhan karena ada banyak
faktor yang menyebabkan hancurnya tubuh organisme yang telah mati,
misalnya ajah proses lipatan batuan bumi, pengaruh air, bakteri
pengurai, dan hewan pemakan bangkai. dari berbagai lapisan batuan
tersebut secara kebetulan ditemukan adanya fosil yang menunjukkan adanya
perubahan struktur tubuh secara berangsur-angsur. Dengan membandingkan
struktur tubuh tersebut, maka dapat diambil kesimpulan keadaan
lingkungan pada masa lampau berbeda dengan masa sekarang.
Dari
sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang
ditemukan oleh Marsh dan Osborn. Dari studi yang dilakukan dapat dicatat
beberapa perubahan dari nenek moyang kuda (Eohippus) yang hidup 58 juta
tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda modern sekarang (Equus), yaitu:
- tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga sebesar kuda sekarang
- leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung mulut hingga bagian mata menjadi makin jauh
- perubahan dari geraham depan dan belakang dari bentuk yang sesuai untuk makan daun menjadi bentuk yang sesuai untuk makan rumput
- bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai untuk berlari cepat, tetapi bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
- adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya memanjang, kemudian disokong teracak.
Untuk
menetapkan umur fosil dapat dilakukan dengan dua cara : secara langsung
dan tak langsung. Secara langsung dengan menetapkan umur batuan tempat
fosil ditemukan. Cara yang ini kurang valid. Secara tak langsung dengan
carbon dating menggunakan isotop C14. Cara yang kedua ini lebih valid.
2. Perbandingan morfologi
Perbandingan morfologi ada 2 :
Divergensi
morfologi adalah perubahan dari bentuk dan struktur tubuh nenek moyang
menjadi bentuk struktur tubuh spesies-spesies berbeda. Konvergensi
morfologi adalah perubahan bentuk dan struktur tubuh yang berbeda pada
spesies-spesies yang hubungan evolusinya jauh menjadi bentuk dan
struktur yang sama.
perbandingan dapat diketahui bahwa alat-alat fungsional berbagai binatang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Homologi
Homologi
adalah alat/ organ tubuh yang asal filogenetik serta struktur dalamnya
pada dasarnya sama, namun fungsinya dapat berlainan, misalnya sirip ikan
paus fungsinya untuk berenang diperairan sehingga organ ini
menyesuaikan dengan tempat hidupnya di air, homolog dengan kaki depan
anjing atau kuda yang fungsinya untuk berjalan. Sayap burung fungsinya
untuk terbang, sedangkan tangan manusia untuk memegang. Karena arah
evolusinya berbeda-beda, maka terjadilah perubahan adaptif yang
berbeda-beda pada organ sehingga fungsi organ tersebut menjadi berbeda.
Homologi alat-alat tubuh pada berbagai mahluk hidup ini merupakan
petunjuk tentang adanya evolusi.
b. Analogi
Sedangkan
analogi adalah alat-alat tubuh yang mempunyai bentuk dasar yang berbeda
namun karena perkembangan evolusi yang konvergen alat-alat tersebut
mempunyai fungsi yang sama/ alat-alat tubuh yang fungsinya sama tetapi
asal filogenetik, perkembangan embrional, dan strukturnya berbeda.
Contohnya sayap burung dan sayap kupu-kupu
Ernst Haeckel menyatakan dalam hukum Rekapitulasi yang dikemukakannya bahwa
1).
Ontogeni suatu organisme merupakan rekapitulasi (ulangan singkat) dari
filogeni. Ontogeni adalah sejarah perkembangan individu mulai zigot
sampai dewasa.
2).
Filogeni adalah sejarah perkembangan makhluk hidup dari bentuk
sederhana sampai dengan bentuk yang paling sempurna (evolusi).
3. Pengaruh penyebaran geografis
Makhluk
hidup yang berasal dari satu spesies yang hidup pada satu tempat
setelah mengalami penyebaran ke tempat lain sifatnya dapat berubah.
Perubahan itu terjadi karena di tempat yang baru makhluk hidup tersebut
harus beradaptasi demi kelestariannya. Selanjutnya, adaptasi
bertahun-tahun yang dilakukan akan menyebabkan semakin banyaknya
penyimpangan sifat bila dibandingkan dengan makhluk hidup semula. Dua
tempat yang dipisahkan oleh pegunungan yang tinggi atau samudera yang
luas mempunyai flora dan fauna yang berbeda sama sekali. Perbedaan
susunan flora dan fauna di kedua tempat itu antara lain disebabkan
adanya isolasi geografis.
Contohnya
adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di
kepulauan Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch
tersebut memiliki bentuk paruh dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan
mempunyai hubungan dengan burung Finch yang ada di Amerika Selatan.
Mungkin karena sesuatu hal burung itu bermigrasi ke Galapagos. Mereka
menemukan lingkungan yang baru yang berbeda dengan lingkungan hidup
moyangnya. Burung itu kemudian berkembangbiak dan keturunannya yang
mempunyai sifat sesuai dengan lingkungan akan bertahan hidup, sedang
yang tidak akan mati. Karena lingkungan yang berbeda, burung-burung itu
menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang ada di Galapagos. Akhirnya
terbentuklah 14 spesies burung Finch yang berbeda dalam bentuk dan
ukuran paruhnya.
Gambar 8.4. bentuk paruh burung Finch yang di kepulauan Galapagos.
4. Adanya variasi antar individu dalam satu keturunan
Di
dunia ini tidak pernah dijumpai dua individu yang identik sama, bahkan
anak kembar sekalipun pasti punya suatu perbedaan. Demikian pula
individu yang termasuk dalam satu spesies. Misalnya perbedaan warna,
ukuran, berat, kebiasaan, dan lain-lain. Jadi antar individu dalam satu
spesies pun terdapat variasi. Variasi adalah segala macam perbedaan yang
terdapat antar individu dalam satu spesies. Hal ini dapat terjadi
karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, makanan, dan
habitat. Seleksi yang dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies
akan menyebabkan munculnya spesies baru yang berbeda dengan moyangnya.
Oleh karena itu adanya variasi merupakan bahan dasar terjadinya evolusi
yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru.
5. Alat Tubuh yang Tersisa / Organ Vestigial, Rudimentasi
Organ
tubuh yang tidak digunakan semakin lama akan semakin menyusut atau
mengalami reduksi. Namun, beberapa sisa organ tersebut kadang masih
dapat ditemukan. Struktur yang mengalami rudimentasi (mengecil)/ reduksi
tersebut disebut organ vestigial. Struktur vestigial pada mulanya
adalah struktur yang memiliki fungsi penting pada nenek moyang tetapi
tidak selamanya digunakan. Alat-alat tubuh yang tersisa tersebut
dianggap sebagai bukti adanya proses evolusi. Contoh :
- Pada manusia terdapat apendiks (usus buntu) yang merupakan sisa-sisa rudimenter sebagaian usus besar yang benar-benar buntu, selaput mata pada sudut mata sebelah dalam, tulang ekor, gigi taring yang runcing.
- Rangka ular dari beberapa jenis memiliki organ vestigial yang berupa tulang pelvis dan kaki yang diduga berasal dari nenek moyang.
Bila
membandingkan makhluk hidup pada tingkat biokimia, ternyata hasilnya
mendukung teori evolusi. Sebagai contoh, Hb manusia lebih mirip dengan
simpanse atau gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah. Tingkat
kemiripan ini menunjukkan manusia lebih dekat kekerabatannya dengan
simpanse atau gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah.
7. Domestikasi
Mengubah
tanaman dan hewan liar menjadi tanaman dan hewan yang dapat dikuasai
dan bermanfaat sesuai dengan keinginan manusia adalah akibat dari
peristiwa domestikasi. Contoh: penyilangan burung-burung merpati,
sehingga dijumpai adanya 150 variasi burung, yang di antaranya begitu
berbeda hingga dapat dianggap sebagai spesies berbeda. Dalam
domestikasi, manusia melakukan penyilangan agar diperoleh keturunan yang
ideal. Jadi, jelaslah bahwa melalui domestikasi, manusia dapat
mengevolusikan makhluk hidup, artinya menghasilkan varietas yang
dikehendaki manusia berdasarkan sifat yang tersedia.
D. Mekanisme Evolusi
Evolusi
menunjukkan perubahan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu
yang lama dan perlahan-lahan yang terjadi dari generasi ke generasi.
Mekanisme evolusi berdasarkan tempat terjadinya evolusi. Pertama,
evolusi tidak terjadi di dalam individu. Contohnya, kalaupun manusia
berasal dari makhluk sebelum manusia (katakanlah sejenis kera),
hendaknya jangan dibayangkan bahwa individu kera berangsur-angsur
berubah menjadi individu manusia. Kedua, evolusi terjadi di
dalam populasi. Pada peristiwa evolusi terjadi estafet pewarisan sifat
orang tua kepada anak melalui ratusan bahkan ribuan generasi populasi
yang berbeda. Populasi itulah yang merupakan tempat terjadinya perubahan
evolusi.
Mutasi Gen
Mutasi
gen merupakan perubahan struktur kimia gen (DNA) yaitu pada basa
nukleotidanya, yang menyebabkan perubahan sifat pada suatu organisme dan
bersifat menurun. Pemahaman mengenai mutasi gen dapat dijelaskan lebih
lanjut dengan mempelajari angka laju mutasi dan frekuensi gen dalam
populasi.
Angka
laju mutasi merupakan angka yang menunjukkan banyaknya gen yang
bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan oleh satu individu suatu
spesies. Angka laju mutasi suatu spesies biasanya sangat rendah, yaitu
rata-rata 1 : 100.000. Hal ini berarti pada setiap 100.000 gamet
terdapat satu gen yang bermutasi. Meskipun angka laju mutasi sangat
kecil, namun tetap menjadi salah satu mekanisme evolusi yang penting.
Alasannya :
- setiap gamet dapat mengandung beribu-ribu gen;
- setiap individu mampu menghasilkan ribuan bahkan jutaan gamet; dan
- jumlah tiap generasi dalam suatu populasi individu sangat banyak.
Umumnya
mutasi bersifat merugikan. Peluang terjadinya mutasi yang menguntungkan
hanya sekitar 1 : 1.000, yang berarti pada setiap 1.000 kali mutasi,
hanya ada satu mutasi yang menguntungkan. Meskipun peluang mutasi yang
menguntungkan kecil, namun karena jumlah generasi selama populasi
spesies tersebut hidup besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan juga
besar.
Mutasi dikatakan menguntungkan kalau mutasi:
a. menghasilkan spesies yang adaptif dan
b. menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas (daya hidup) dan viabilitas (kelangsungan hidup) yang tinggi.
Sebaliknya, mutasi dikatakan merugikan bila mutasi:
a. menghasilkan alel yang mengakibatkan mutasi letal (mematikan),
b. menghasilkan spesies yang tidak adaptif, dan
c. menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas rendah.
Mutasi
yang menyebabkan timbulnya alel letal, misalnya alel letal yang
bersifat resesif. Pengaruh gen letal resesif ini hanya tampak bila
berada dalam keadaan homozigot, namun tidak tampak pada keadaan
heterozigot. Gen resesif ini akan tetap ada dalam populasi dan seleksi
alam hanya akan bekerja pada individu-individu yang homozigot.
Perbandingan
frekuensi (penyebaran) alel dominan yang non letal dan alel resesif
yang letal dapat diketahui dengan menghitung frekuensi alel populasinya.
Atau, perbandingan frekuensi genotip homozigot terhadap frekuensi
genotip heterozigot pada gen non letal maupun gen letalnya dapat
diketahui dengan menghitung frekuensi gen (genotip) populasinya.
Frekuensi alel dan frekuensi gen (genotip) populasi.
Frekuensi
alel merupakan perbandingan alel satu dengan alel yang lainnya untuk
suatu karakter atau sifat tertentu (biasanya disimbulkan dengan satu
huruf misalnya A, a) dalam suatu populasi. Sebaliknya, frekuensi gen
merupakan perbandingan gen satu dengan gen yang lainnya untuk suatu
karakter atau sifat tertentu (biasanya disimbulkan dengan dua huruf
misalnya AA, Aa, aa) dalam suatu populasi. Setiap populasi mempunyai gene pool masing-masing. Gene pool populasi merupakan total seluruh (kumpulan gen) di dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu.
Gene pool
terdiri dari seluruh alel pada seluruh lokus gen pada seluruh individu
dari populasi. Pada spesies yang diploid, masing-masing lokusnya
diwakilkan dua kali dalam genom suatu individu, yang mungkin homozigot
atau heterozigot untuk lokus-lokus yang homolog. Jika seluruh anggota
suatu populasi homozigot untuk alel yang sama, maka alel tersebut
dikatakan sebagai alel yang tetap dalam gene pool. Namun
biasanya ada dua alel atau lebih untuk tiap gen, masing-masing mempunyai
suatu frekuensi relative (proporsi) tersendiri dalam gene pool.
Hukum Hardy-Weinberg
Godfrey Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg tahun
1908 secara terpisah menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik
dalam suatu populasi. Prinsip yang berupa pernyataan teoritis tersebut
dikenal sebagai hukum (prinsip kesetimbangan) Hardy-Weinberg. Pernyataan
itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:
1). Ukuran populasi harus besar
2). Ada isolasi dari polulasi lain
3). Tidak terjadi mutasi
4). Perkawinan acak
5). Tidak terjadi seleksi alam
Formulasi hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.
Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli genetika populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk mewakili frekuensi alel lainnya.
Perubahan Perbandingan Frekuensi Gen (Genotip) pada Populasi
Hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena hukum Hardy-Weinberg tidak selalu menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi. Kenyataannya, frekuensi gen dalam suatu populasi selalu mengalami perubahan atau menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg.
Hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena hukum Hardy-Weinberg tidak selalu menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi. Kenyataannya, frekuensi gen dalam suatu populasi selalu mengalami perubahan atau menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg.
Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-weinberg dalam populasi yaitu adanya:
a). Hanyutan genetik (genetic drift),
b). Arus gen (gene flow),
c). Mutasi,
d). Perkawinan tidak acak, dan
e). Seleksi alam.
Masing-masing
penyebab perubahan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg atau perubahan
frekuensi genetik populasi merupakan kondisi kebalikan yang dibutuhkan
untuk mencapai kesetimbangan Hardy-weinberg.
Contohnya aplikasi Hukum Hardy-Weinberg antara lain sebagai berikut:
Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
q2 = 0,0001 q = √ 0,0001 = 0,01
Data frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.
p = 1 – q ; p = 1 – 0,01 ; p = 0,99
p = 1 – q ; p = 1 – 0,01 ; p = 0,99
Frekuensi
heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun
mewariskan alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.
2pq = 2 x 0,99 x 0,01
2pq = 0,0198 ( sekitar 2% )
Hal ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.
Menghitung frekuensi alel ganda.
Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai berikut.
a. Berapakah frekuensi alel IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?Menghitung frekuensi alel ganda.
Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai berikut.
b. Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA IA ?
c. Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik IB i ?
Penyelesaian untuk persoalan diatas sebagai berikut.
Andaikan p = frekuensi untuk alel IA , q = frekuensi untuk alel IB ,
r = frekuensi untuk alel i,
maka menurut hukum Hardy-Weinberg :
- p2IAIA + 2prIA + q2IBIB + 2qrIBi + 2pqIAIB + r2iir2 = frekuensi golongan O = 490/1000 = 0,49 ; r = √ 0,49 = 0,7( p + r )2 = frekuensi golongan A + golongan O( p + r )2 = 320+490/1000 = 0,81( p + r ) = √ 0,81 = 0,9p = 0,9 - 0,7 = 0,2Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1Dengan demikian, frekuensi alel IA = p adalah 0,2; frekuensi alel IB= q = 0,1 ; danfrekuensi alel 1 = r = 0,7
- Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang diperkirakan homozigotik IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
- Frekuensi genotip IB i = 2qr = 2 (0,1 x 0,7) = 0,14 . Jadi dari 150 orang
bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik IB i = 0,14 x 1000 orang = 140 orang.
Menghitung frekuensi gen tertaut kromosom X.
Persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.
Persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.
No comments:
Post a Comment